July 2019 - LunarV2 Trip

Saturday 20 July 2019

Mendaki Gunung Cikuray - Teror Babi dan Sunrise Lautan Awan (Bagian 2)

Setelah istirahat lumayan lama akhirnya ada kembali kekuatan untuk menuju pos 6, saat pendakian ada seorang cewek yang hipotermia karena dia gak sanggup nahan dinginnya suhu di puncak dibanding gebetannya, angan-angan buruk gue kembali melintas

"Gimana kalo gebetan gue lebih dingin dari suhu di atas?"
"Gimana kalo gue tumbang kayak cewek tadi gara-gara hipotermia?, Astagfirullah jangan lah!"

dipuncak ujung tanjakan terlihat samar-samar si leader sedang asik duduk memakan somay dari pedagang asongan

"Lah, ada tukang dagang!" Gue kaget dong, liat tukang dagang di gunung.
"Saromay dulu daks!" Si leader dengan santainya mengacungkan somay
"Sok pesen lah, capek aing!" Gue capek

Di pos 6 hawa dingin sudah membuat jari-jari yang dilapis sarung tangan tanpa ujung jari jadi dingin, tiap jari seperti es mambo yang baru keluar dari kulkas, dingin! Plastik somay gunung seolah memberi harapan untuk jari agar tak membeku. Tiap gigitan somay terasa nikmat, baru tau gue rasanya somay gunung senikmat ini, mengingat dari tadi 6 jam nanjak hanya makan 2 roti coklat doang, gila gue juga bukan orang! Tambah lagi somay nya lah, mumpung ada! Disaat itu ada pendaki dari Jakarta datang sambil menyapa, dia beristirahat tapi dengan muka yang tidak kelelahan, terlihat dari mukanya dia sudah Pro.

"Bang dari mana?" Tanya pendaki Jakarta sambil membungkuk mau duduk
"Ciamis bang, abang dari mana?" Tanya gue sambil makan somay
"Dari Jakarta. Bang ini ternyata trek ter gila yang pernah gue lewatin bang!" Muka nya gak berbohong tentang perkataannya
"Emang abang sering naik gunung?" Gue memperjelas tentang dia
"Sering, dan ini paling menyiksa" jawabnya

Buat dia yang sering naik, ini adalah trek paling menyiksa. Lah gue yang baru kali ini naik mau bilang apa lagi! 2 kawan newbie terdiam mendengar kata-kata dia, seakan ingin teriak dan berlari ke rumahnya masing-masing, tapi sudah terlambat. Karena punya tujuan untuk nge camp di pos 8 maka pendakian dilanjut, gue sebenernya udah gak tahan, tapi gimana lagi? Tenda dan sebagian alat ada di leader, bangsat emang! Dia udah berjalan mengejar sunset di puncak, seakan dibawa angin lalu menghilang, meninggalkan 3 anggota yang sama sekali gak mengenal gunung dan kata-kata bajingan MDPL, ditinggal di tanjakan. Sisa dari tanjakan seperti menanjaki bukit yang memang terbilang jauh, bukan terbilang lagi, tapi jauh! Ah, gue jalan perlahan dan teriak

"Lu duluan aja dah, capek gue, gue ganti leader aja lah! Ngikut kelompok lain, lu di atas buat tenda, terserah lu mau ngapain di atas!" Gue ngasih kebebasan aja lah buat leader somplak itu, keburu mumet pala gue mikirinnya.


Karena gue yakin, tubuh gue kalo di paksakan gak bakal sanggup ngimbangi si leader. Alhasil gue dan 2 kawan ngikut sama kelompok orang. Di puncak pos 7 bayangan kita terkulai, istirahat dan terlentang diatas carrier masing-masing.

"Bulan.. keren bulan keliatannya" kata si sapri
"Kayak deket sama bulan" jawab heri
"Hari ini kayaknya gak bakal hujan" gue liat langit bersih
"Sekarang udah mulai dingin" si sapri ngasih tau
"Iatirahat bentar lagi euy, masih capek" gue sambil narik nafas buat bangkit

Leader kelompok lain lebih ngerti anggota tiri nya dibanding leader kandung sialan bangke yang mungkin udah koprol sama monyet hutan di puncak.

"Yo lanjut nanjak!" Kata leader baru

Penanjakan dilanjut ke pos 7, Ada hal yang gue heran dari penanjakan tersebut, terdapat seekor lebah yang terus mengikuti kelompok kami dari awal pos 2 sampe pos 7. Diantara pohon dan langit yang mulai gelap gulita karena sudah menunjukan pukul setengah 7 malam, titik cahaya semakin dekat dan disitulah ramai suara mulai terdengar. Tenda warna-warni terang mulai terlihat dan teriakan pedagang mulai terdengar, pedagang panggul.

"Dah kita iatirahat disini lah, capek aing!" kata gue
"Semua perlengkapan tenda di si leader" timpal si sapri
"Ah sial" gue hampir kesedak air

*Grusuuuukkkkk, nguuuuukkkkk...., Ngggguuuukkkk...

Ada bayangan hitam melesat diantara keramaian, tenda dan tukang dagang.

"Sorot coba... Sorotttt!!!!" kata pendaki lain
"babiiiiiiii.. babiiiiiii...." teriak yang lainnya dengan membawa pole
"Jangan disorot woyyyy....." kata pedagang asongan sambil melambaikan tangannya
"Itu tenda jagaaaaaa!!!!!!" tunjuk pendaki yang lagi beli gorengan
"Frame gue anjingggg...." yang lainya berlari
"Bangsat bawa tuh carrierrr loooooo" saling teriak di pos 7
"Bawain lah anying!!!" teriak yang lain

Suasana pos 7 ricuh karena disambut tamu tak diundang yang mengincar makanan dan tenda pendaki. babi tersebut berlari-lari seakan pendaki mengajaknya bermain tangkap lari, dia kegirangan. babi emang!

Pusing Ngurus Babi - www.lunarv2.com
Gue yang datang dengan posisi capek seakan pasrah melihat babi yang tak jelas tersebut. Sekilas ingatan gue menuju waktu dimana kenalan gue menceritakan siung babi hidup lebih tajam dari silet, bapaknya tertusuk siung babi dan seketika terluka. Ingatan gue kembali dengan pasrah ke pos 7 dimana semua orang berusaha mengusir babi yang menutupi jalan ke pos 8. Kita terhenti, pedahal jarak dari pos 7 ke 8 hanya 5 menit.

"Tunggu babi nya pergi dulu baru naik" kata gue waswas
"Iya, sok minum dulu aja lah, jaga barang bawaan" si sapri sambil benerin tasnya

Jujur, gue takut tapi penasaran sama muka si babi yang tertutup kegelapan hutan. Akhirnya si babi pergi ke belantara hutan dan perjalanan dilanjutkan. Di pos 8 bawah, orang ramai-ramai menggelar tenda, tapi leader gue belum keliatan.

"Pri coba lu cari ke puncak, tadi katanya dia mau ngecamp di puncak, kita nunggu disini" kata si Heri sambil duduk di sekitar jalan ke camp pos 8 bawah.
"Yaudah tunggu" dia pergi sambil membawa headlamp

Waktu menunjukan pukul 7 malam, hawa semakin dingin sedangkan tenda belum digelar, si Sapri masih mencari si leader yang disuruh menggelar tenda duluan.

"Tooooo.... Kagak ada euy" teriak sapri ke si heri yang ada bersama gue di bawah
"Hah.. maenya?" Jawab heri
"Woy, aing disini!" Si leader tepat di samping si sapri
"Lah.. lu diteriakin dari tadi gak nyaut, gue tadi teriak-teriak lewat sini!" Teriak si sapri sambil bawa-bawa headlamp
"Gak keliatan lu lewat sini" jawab si leader
"Tadi gue teriak-teriak keras lewat sini" sapri gak mau kalah
"Dah.. dah.., eh.. mending gelar tendanya di bawah dikit, biar ngumpul sama tenda lain. Tadi ada babi, gak aman!" Gue datang karena takut babi
"Udah lah disini aja" jawab leader
"Dah mending dibawah, gabung noh biar aman" gue sambil nunjuk kumpulan tenda di bawah

Gak lama dari percakapan tersebut munculah seekor babi, merasa dipanggil namanya. Baru pertama kali gue melihat babi begitu dekat, sebelum ini terakhir gue lihat babi di warung makan kecil di Bali. Bertuliskan babi guling dengan daging babi berjejer di etalase makanan yang disampingnya terdapat icon babi lucu, lalu selain itu pernah lihat babi di Angry Birds, udah cuman itu. Kini tepat 6 meter didepan gue berdiri babi besar hitam dengan bulu yang terlihat kasar oleh debu tanah gunung yang gersang. Sialnya gue di posisi yang gak menguntungkan, cuman ada jalan buntu di belakang gue. Salah langkah gue bisa diseruduk. 

"Lariiiiii...." Gue menuju babi dan langsung berbelok ke arah pos 8 bawah.
*Grusuuuuukkkkkkk*
Gue jatoh, semua orang di pos 8 bawah menyoroti gue yang jatoh dan tertutup debu tanah kering. 
"Ada apa kang?!" Penghuni camp bawah nyorotin lampu ke muka gue
"Ada babi gede!" Gue kaget disorot lampu

Semua orang langsung siaga menjaga tenda masing-masing

"Woy, tolongin gue nih.." si leader lari sambil membawa carrier.
"Itu tenda sekalian bawa!" Perintahnya lagi
"Iya bentar, ngeri gue takut diseruduk" gue juga ngeri liat babi segede anak kebo

Selagi babi nya lengah, gue sama si leader mengendap-endap dan sesegera mungkin ngangkat tenda ke bawah, tendanya portable jadi bisa diangkat. Seandainya pindah kosan juga sepraktis pindahin tenda, merdeka semua anak kost. Di pos 8 bawah, mulai lah dirakit tenda lainnya. Karena disini membawa 2 tenda jadi tinggal ngerakit 1 tenda lagi. Tiap frame alumunium tenda yang dirakit, tiap itu juga rasa dingin nusuk-nusuk ke tulang jari, mati rasa di hawa dingin yang gak tau berapa derajat. Untungnya malam itu gak hujan, jadi masih bisa leluasa buat masak sama beres-beres.
Lelah perjalanan masih belum bisa hilang, diluar tenda suhu semakin dingin yang pedahal baru menunjukan pukul 9. Ingin rasanya keluar tenda lalu ke puncak yang berjarak 10 meter dari tenda untuk melihat pemandangan malam, namun jangankan keluar, kaos kaki buka sedikit aja udah menggigil.

"Cikuray juga salah satu gunung yang paling dingin" tangannya bongkar-bongkar tas
"Iya lah, terserah lu. Napa baru bilang sekarang. Tapi mending capcus aja lah ke puncak" gue mempersiapkan kamera buat dokumentasi
"Dingin, tapi yuk lah ke puncak" timpalnya

Karena ke puncak gak terlalu jauh jadi gak ada salahnya berangkat ke puncak walau dingin. Diatas sudah banyak tenda berdiri, orang-orang sudah persiapan buat sunrise pagi nanti. 

View Malam di Puncak Cikuray - www.lunarv2.com

"Wiihhhhh kerennnnn euy pemandangan kota"
"Heeh euy"
"Itu kota apaan ya?"
"Tasik, kayaknya tasik"
"Kalo itu kota apaan ya? Garut yang itu pasti"

Malam itu dirayakan dengan menikmati indahnya view kota dari atas gunung.

Lampu-lampu kota begitu terang dibawah langit malam dingin yang cerah. Bulan bersinar terang disamping bintang yang kelap-kelip. Pemandangan ini persis film Detektif Konan malam hari waktu mengejar Kaito Kit atau film Kimi No Na Wa waktu meteor jatuh ke bumi, antara bumi dan langit begitu bersih kebiruan. Dingin menghalangi kami untuk tetap di puncak, dan memaksa untuk kembali ke tenda. Malamnya semua anggota tim terkena insomnia, cemen memang.

Cahaya bulan memantulkan bayangan apapun yang ada di luar tenda, babi hutan kembali memasuki area camp 8 bawah. Persis disamping tenda tempat gue istirahat ada bayangan babi hutan yang sedang mencari makan, gue yang kala itu dalam keadaan di selimut tebal gak akan bisa berbuat apa-apa bilamana si babi ingin ikut masuk atau nyeruduk tenda, cuman berdoa aja supaya dia pulang dicari emak nya. Pagi hari ternyata diketahui bahwa dibelakang tenda gue itu adalah jalur babi, dan parahnya karena tengah malem si leader mules terus, dia boker di jalur keluar masuk babi, mungkin maksud si babi adalah itu sebuah undangan untuk mabar.

Sunrise Mulai Keluar  - www.lunarv2.com
Langit mulai berubah menjadi biru tua ke jinggaan diatas bayang-bayang lautan awan antara puncak gunung yang bersembunyi. Terlihat berbagai puncak gunung dari atas sana, beda dengan melihat sunrise di laut, melihat sunrise di pegunungan lebih terasa kebersamaanya karena seluruh pendaki yang bermukim di pos 3-7 berlomba-lomba naik ke puncak untuk melihat sunrise, indah memang. Semakin terang suasana puncak semakin ramai. Ketika orang lain mulai memuncak, kita memasak, ketika orang lain berfoto, kita makan, ketika orang lain turun kita beres beres tenda dan bersiap turun gunung, somplak emang.

Terbit Mulai Tinggi - www.lunarv2.com
Jam 9 kita sudah mulai untuk turun gunung, gue kira turun gunung bakal lebih mudah tapi ternyata sama aja susahnya. Ditengah perjalanan ada seseorang yang lemah digotong tim penyelamat, mungkin dia belum makan atau sakit. Gue selalu kebayang kalo gue yang di posisi dia, hadeuh, jangan sampe. Di perjalanan turun yang baru pos 3 persediaan air sudah habis dan kini tinggal membawa sampah-sampah beserta lapar dahaga yang tanpa pamrih menyiksa. Selama perjalanan turun tersebut tenggorokan sudah sakit menahan haus dan perih karena debu yang masuk. Gak ada air dan gak ada makanan, leader udah hilang dan gue yakin dia udah berfoya-foya di meja pos 1, tapi gue udah memaklumi kesintingan si leader yang murni pemberian tuhan. Berjalan dengan debu tiada akhir, kaki serasa akan patah dari sisi lutut. Gue yang bawa beberapa mie instant merasa percuma karena gak ada air buat memasaknya. Pos 2 terlewati, suara adzan dzuhur terdengar hingga ke hutan, yang dikira pos 1 sudah dekat namun ternyata masih jauh, disitu gue nyesel karena gak riset dulu tentang trek gunung Cikuray, gak ada air, itu yang gue sesalkan! Jalanan berubah menjadi tanah kering berdebu persis di gurun tandus, haus makin melanda. Perlahan-lahan tanah berubah menjadi tangga yang licin oleh debu dan terlihatlah pos 1 dengan seluruh kenikmatan surga yang sebelumnya gue abaikan. Air, gorengan, nutrisari, lontong dan semua yang gue abaikan selama ini, kini berubah terlihat seperti buah khuldi yang menarik adam untuk memakannya. Nikmat! Hari itu kami pulang pukul 3 dengan membawa segudang cerita gila. Ternyata, disanalah tantangan yang selama ini gue cari dari kejenuhan mengejar dosen dan doi.

Mendaki Gunung Cikuray Bagian 1 : Backpacker VIP Masuk Hutan
Mendaki Gunung Cikuray - Backpacker VIP Masuk Hutan (Bagian 1)

Gunung Cikuray adalah gunung dengan ketinggian 2821 mdpl yang bertipe Stratovolcano, dimana bentuk gunung menyerupai krucut tinggi. Cikuray terkenal dengan trek nya yang menguras tenaga dengan tidak hanya kaki yang bekerja disini tetapi juga tangan, bokong dan bulu hidung. Dan gue sebagai pemula harus mendaki Gunung tersebut, astagfurullah. Semua berawal dari jenuhnya gue bulak-balik kampus nyari, ngejar, nangkep, ngeborgol dosen buat skripsian. Pokoknya tiap hari gitu aja, stagnan, pengen tantangan baru lah. Lalu berlanjut adanya undangan untuk meeting muncak. Dari meeting pertama tersebut tercetuslah kebusukan kawan gue dengan songongnya memilih Cikuray untuk pendakian pertama. Iya pertama, sebab 1 tim cuman 1 orang aja dari 4 yang pernah mendaki gunung (leader nya doang) tetapi berkat kejeniusan lontong-lontong sayur kurang riset akhirnya memulai di salah satu gunung terberat di Jawa Barat.

"Cuk, udah Guntur aja Guntur dulu lah yang gampang" Gue nyaranin
"Gak bisa, Cikuray aja lah kagok edan" Sapri berkoar
"Jadi nih Cikuray?" Heri memastikan
"Fix Cikuray" Cetus Sapri
"Guntur mah banyak maling" Kodee nambah-nambah
"Yaudah terserah lah" Gue pasrah

Merupakan meeting pertama di rumah Heri dengan hidangan seblak tulang yang melemahkan syahwat. Karena penasaran tentang Cikuray, akhirnya gue pribadi Chat kawan yang sering naik gunung berkedok meminjam alat mendaki.

"Cuy, gunung yang pas buat didaki oleh pemula bagusnya apa ya?" Tanya gue ke si Badot
"Cikuray aja, bagus buat pemula" Jawabnya

Garis besar chat yang terketik di WA mengiya kan gue untuk menjadi survivor Cikuray. Gue serahin deh semuanya pada leader, mengingat ilmu tentang mendaki begitu kurang dibanding backpacker yang udah masuk kelas VIP. Daripada sotoy gak karuan malah bawa bencana mending gue ikutin seluruhnya ke leader. Malam sebelum hari H gue gak riset apapun seperti tiap mau melakukan backpacker gila. Besok merupakan perjalanan yang belum pernah gue coba seumur hidup, ya kapan coba gue backpackeran ke gunung? Biasa ke Metropolit, Museum, Club Area, Wisata Bersejarah, Pantai, Event. Di daratan gue dihormati Kondektur, Supir Truk, Kernet Angkot, Penjaga Alfa sama Indomerit, DKM Masjid, Pramugari, pokoknya yang kalo masuk "Selamat Pagi Mas" "Selamat Pagi Pak" bak seorang VIP dengan harga seorang gembel. Sekarang harus mencoba lingkungan berbeda, naik gunung! Tapi mungkin seenggak nya gue pernah naik gunung pas SMA, kalo gak salah ceritanya ada deh di blog ini, scroll aja coba.

Hari H, Tim berangkat pagi pukul 6. 

Pos Pendaftaran Awal - www.lunarv2.com
Cukup sekitar 3 Jam, sudah sampai di Pos pendaftaran awal, terdapat mobil bak untuk mengangkut pendaki ke kaki gunung dekat pos 1. Ditempat tersebut diwajibkan daftar dengan uang seikhlasnya

"Der.. udah lu aja der yang daftar" Karena disini leader yang lebih ngerti.


Daftar selesai, dilanjut ke Pos pendaftaran 2 yang dimana merupakan tempat bertemunya jalan dari arah terminal Garut dan dari Pos awal tempat daftar tadi, jalanya udah edan tuh ke pos pendaftaran 2. Batu lumayan gede-gede bisa buat hiasan taman sama pondasi selokan lah kalo gue ibaratkan, motor murah masih bisa lewat, jadi jangan berkecil hati. Jaraknya lumayan jauh kalo jalan kaki, tapi kalau misal kismin-kismin amat enaknya jalan kaki sih. Sampe di Pos pendaftaran 2 kita daftar lagi dengan uang seikhlasnya, sebenernya ini gunung lumayan banyak bayarnya menurut gue, sama kayak Galunggung. Dari sana lah musibah terjadi, kopling motor si Heri aus pengen minum diganti, karena gak ada bengkel sekitar sana, orang kebon teh semua. Mau gak mau harus naik mobil bak, motor si Heri disimpen di pos pendaftaran 2 yang mungkin aman sih kalo beruntung. Gak lama mobil bak datang dan kami berdua naik mobil bak sedangkan si Kodee leader sama si Sapri naik motor ke pos pemancar. Hari itu gue baru ngerasain gimana rasanya jadi petani teh, pagi-pagi udah gubrag-gabrug diatas mobil bak terbuka dengan suspensi daun nya yang keras, lebih cocok buat bawa ampas emas di freeport. Sopir mobil  berasa bawa fortuner, lubang jalan dilibas pake grandmax bak. 

Naik Mobil Bak Menuju Pos Pemancar -  www.lunarv2.com
Penumpang dibelakang kaya domba sembelihan yang belum dikasih makan, mengembik panik! Kurang panik apalagi? Di tanjakan dekat pemancar mobil gak kuat nanjak, dan berhenti! Mobil perlahan mundur sedangkan dibelakang mobil banyak pendaki ngedorong motor matic yang motornya udah bau klep gak kuat nanjak.

"Awaaaaaassssss!!!!!!"
"Banggggg... Awaaaassss.... Bannngggg!!!!"

Mobil mundur gak karuan, satu motor selamet gak ketabrak mobil. Mobil terus mundur, dibelakang masih ada motor yang gak kuat nanjak yang siap ditabrak mobil blong rem. 

"Aaawaaaaassssss!!!!!"

Tangan gue udah gemeter antara mau nyelametin diri sama teriak-teriak nyuruh yang ngedorong motor belakang mobil di tanjakan buat minggir. Yang ngedorong vario putih panik dan jatoh, wah gawat, mobil makin mundur cepet, udah kelar tuh idup yang bawa motor mana jatoh kejepit motor lagi. Tapi ketika tinggal beberapa cm lagi mobil keburu berhenti, sumpah gue kaget tu orang udah mau kejepit mobil blong. Semua yang ada di mobil bak sontak berhamburan buat nolongin orang yang jatuh kejepit motor dibelakang mobil bak, sukur dia sama motornya gak ketabrak mobil bak. 

Persiapan Penanjakan -  www.lunarv2.com
Di pos pemancar kita siap-siap dan langsung menuju pos 1 untuk daftar kembali, di pos 1 yang jaraknya gak begitu jauh kita diwajibkan bayar 15rb untuk pendaftaran, disini wajib daftar soalnya bakal langsung nanjak. Sebelum nanjak bagusnya isi air dulu di pos ini, soalnya gak ada jaminan di pos 2 dan seterusnya ada air. 

Pos 1 -  www.lunarv2.com
Penanjakan dimulai, biasa pemula mah riang-riang aja sambil ribut nyanyi-nyanyi. Seluruh tim kami gak ada yang ngeremehin gunung tersebut atau sompral, semuanya dijalani biasa aja, kalo nyanyi-nyanyi kan gak sompral, ya gak? Anak pramuka juga suka nyanyi. Di pos 2 suara nyanyian fals udah mulai kendor, tas udah kerasa mulai berat. Beban carrier sekitar 13-20 kg udah mulai kerasa, kerasa panas di pundak. Nah dari pos 2 ke pos 3 jalanan udah mulai berlapis akar, tiap tapak jalan membentuk tangga, mirip-mirip jalan ke kawah Galunggung tapi terbuat dari akar alami. 

Jalan Setapak Cikuray -  www.lunarv2.com
Gue baru sadar, dulu pas penanjakan Galunggung via hutan trek nya landai, gak kaya tangga. Tapi ini trek Cikuray mulai kaya tangga, ini trek yang paling dijauhi pendaki sebab trek tersebut banyak menguras tenaga, bukan hanya kaki yang bergerak tapi juga tangan sama bulu kuduk. Gak kebayang, jalan nanjak gak ada landainya sedikit pun, nanjak teroooooosssss!!!!! Berpola tanggaaaa!!!! Mana tiap pos berjauhan! Buset, kalo kayak gini terus ampe pos 8 udah pasti leklok kaki gue. Dari sana gue sadar bahwa kawan-kawan gue menghianati dan menjebak dengan mengatakan 

"gunung ini cocok kok buat pemula, pret.. bulseit!". 

Pos 2 udah terlewati, banyak dari pendaki yang beristirahat, tapi leader kami menuntut buat terus berjalan. Semakin atas, jalanan Cikuray semakin curam! Kanan-kiri jurang dengan jalan yang sempit dan terkadang harus memanjat. Udara semakin dingin, bulu ketiak sudah terasa seperti es serut, tapi kalau diam berarti menyerahkan diri pada hipotermia. Pos 3 kita beristirahat sebentar, untuk solat, makan dan selonjoran "ngaso" iatilahnya. Baru kali ini gue ngangkut beban berkilo-kilo sambil nanjak, manjat, ngerangkak, ah pokoknya gak nyesel gue gak daftar jadi tentara, tuhan lebih tau tentang hambanya. 

Pos 3 -  www.lunarv2.com
Cuman 30 menit istirahat langsung nanjak lagi, leader gue begitu berambisi sampai lari-larian di tanjakan! Belakangan gue tau bahwa leader gue si Kodee itu bukan manusia tapi siluman kuda berbadan monyet. Ya coba aja, mana ada manusia normal lari-lari bawa beban 20-25 kiloan di jalanan bertangga akar yang nanjak edan! Kadang gue nyesel bareng leader model gini, anjir! Di pos 4 terdapat beberapa tenda yang tidak menarik bagi si leader bangke dan minta perjalanan dilanjut sebelum sunset. Tiap gue tanggah ke atas semua cuman tanjakan berpohon yang gelap, cuman ada setitik cahaya yang merupakan jalanan landai. Terkadang cahaya langit biru itu merupakan motivasi gue untuk terus berjalan, nanjak terus kayak yang gak ada ujungnya. 

Di pos 5 istirahat, si leader udah kegatelan pengen photo sunset, geblek emang nih. 2 kawan gue juga ngos-ngosan kek udah putus asa, sama kayak gue. Di penanjakan ke pos 6 si leader udah mulai gak keliatan, yang akhirnya gue bareng sama kelompok lain. Ada pos bayangan dimana cuman hanya sepetak tanah datar tanpa rumput tempat pendaki beristirahat, disitu 2 kawan gue udah tergeletak pasrah.

"Cuy, jam berapa sekarang?" Sapri melihat jam gue
"Jam set 5" gue jawab
"Mana si leader?" tanya gue
"Dah duluan" heri nunjuk ke tanjakan tiada ujung
"Bodo amat ah" gue pasrah
"Buset, yang tadi lewat apaan?" tanya pendaki lain yang ikut istirahat.


Mendaki Gunung Cikuray Bagian 2 : Teror Babi dan Sunrise Lautan Awan